Senin, 25 Januari 2010

MEBIASAKAN RASA MALU

Bayangkan saja, artis punya anak yang tidak jelasorang tuanya ternyata menjadi tokoh selebriti ketika menjaadi selebriti merupakan idaman dan pujaan anak-anak muda dalam waktu yang sama yang tiada minggu tanpa berita pertengkaran dan perceraian rumah tangga selebriti bagi orang desa hal ini sangat sulit dipahami koruptur yang jelas-jelas melakukan dosa social dan agama terlihat biasa-biasa saja ketika diwawancarai wartawan bahkan masih terlihat gagah.

Anggota DPR yang oleh masyarakat dianggap tokoh panutan dan pembela nasip MC.reka sangat sering diberitakan menghadiri tugas rapat.

Di era ini orang tua kita, perceraian dalam satu keluarga itu dianggap aib besar.anggotakeluarga menaggung beban batin dan malu mengapa anggota keluarganya sampai cerai pasti tidak mampu menempatkan diri dan tidak memiliki loalitas sertasikap saling menghormati antara mereka begitulah penilaian masyarakat para tetangga pun hanya pilah dalam meskipun hatinya tidak setuju dan heran karena mencampuri urusan tetangga juga tindakan aib terlebih tindakan mencuri sungguh aib besar dan melamanya akan divatat diam oleh masyarakat dan akan terkucilkan dalam pergaulan social.

Segala sesuatu yang terjadi saat iniadalah gambaran kondisi Indonesia. Meski yang demikian itu tidak benar, tapi yang pasti karakter budaya lokal semakin lama semakin tipis terbawa budaya kota .khususnya di Jakarta. Saya merasakan suasana social yang sangat berbeda. Media telivisi sangat gencar setiap saat memburu berita dan menyajikan ke seluruh nusantara, sehingga lebih banyak public apa yang terjadi disebuah daerah katika diangkat oleh telivisi akan segera menyebar ke nusantara dan seakan menggambarkan itulah Indonesia.

Itu semua sah-sah saja sebagai bagian dari dinamika dan perjuuangan seseorang untuk mengubah nasib berbakti kepada masyarakat dan bangsa. Yang menyedihkan adalah ketika berbagai kasus korupsi, pelanggaran moral, dan banyak kejahatan yang dilakukan kalangan atas juga menjadi sajian berita dan yang bersangkutan terlihat biasa-biasa saja. Ini membuat masyarakat desa yang setia menonton televisi menjadi bingung mengapa seperti itu. Karena kalangan atas yang memang sudah dipercayai malah menyalahgunakan kepercayaannya. Nilai-nilai yang selama ini dijaga justru dihancurkan oleh perilaku masyarakat ibu kota yang oleh masyarakat desa dibayangkan sebagai masyarakat terdidik dan beradap. Disitu muncul komflik batin yang pada urutannya menggerogoti dan merobohkan wibawa tradisi local yang mereka jaga dan hormati selama ini Bayangkan saja, artis punya anak yang tidak jelas orang tuanya ternyata menjadi tokoh selebriti, ketika menjadi selebriti merupakan idaman dan pujian anak-anak muda, dalam waktu yang sama tiada minggu tanpa berita pertengkaran dan perceraian rumah tangga selebriti bagi orang desa hal ini sangat sulit dipahami koruptor yang jelas-jelas melakukan dosa soaial dan agama terlihat biasa-biasa saja. Ketika diwawancarai wartawan bahkan masih terlihat gagah. Anggota Dpr yang oleh masyarakat dianggap tokoh panutan dan pembela nasip mereka, sangat sering diberitakan di telivisi menghadiri tugas rapat.Belum lagi yang diberitakan suka memeras dan meminta-minta uang sebagai imbalan jasa yang sama sekali tidak dibenarkan. Belum lama iini malah hendak mai pukil dalam rapat, yang juga mengusik akal sehat adalah pesta tasyakuran ketika memperoleh jabatan baru, sehingga menimbulkan kesan kuat bahwa jabatan itu sumber kekayaan baru, bukan sebuah amanat yang berat. Yang memang bisa mereka bisa menjalankan sebuah amanat tersebut. Bukannya malah mementingkan kepentingan pribadi sendiri sehingga menyebabkan korupsi dimana-mana. Terutama dikalangan atas yag memang kbutuhannya sudah melebihi batas lebih dari cukup. Akan tetapi keserakahan yang ada di dalam diri mereka menyebabkan itu semua belum cukup. Dan masih kurang terus dengan apa yang ia dapatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar